Guru yang Dirindu

Jika anda guru apakah merasa dirindukan oleh murid; Jika anda dosen apakah dirindukan oleh mahasiswa? Jika kita masih menyaksikan reaksi siswa yang senang gembira ketika guru/dosen tidak hadir utk mengajar...itu pertanda guru/dosen tidak dirindukan oleh murid/mahasiswanya...

17 Agustus 2010

BERKATA KASAR BISA LUKAI ANAK

Kadang tanpa disadari kita telah melakukan kekerasan terhadap anak. Bentuk kekerasan terhadap anak yang sering luput dari kesadaran orang tua adalah kekerasan verbal atau kekerasan yang dilakukan lewat kata-kata.
Kata-kata kepada anak yang bermakna melecehkan kemampuan, menganggap anak sumber kesialan, mengecilkan arti si anak, memberi julukan negatif kepada anak dan memberikan kesan bahwa si anak tidak diharapkan akan memiliki dampak jangka panjang terhadap perasaan anak. Dan hal ini akan memengaruhi citra diri anak di kemudian hari.
Menurut DR Susan Forward dalam bukunya Toxic Parents, kekerasan secara verbal disampaikan melalui dua gaya. Pertama menyerang anak secara langsung, terbuka dan secara jahat merendahkan si anak. Gaya kedua, disampaikan secara tidak langsung, seperti dengan bercanda tetapi sangat menghinakan dan melecehkan mereka.
Jika orang tua bilang si anak jelek dan bodoh, ia percaya dirinya betul-betul jelek dan bodoh. Karena itu, tidak mudah bagi mereka jika diharapkan mereka mampu membedakan ucapan ayah dan ibunya itu serius atau hanya bercanda.
Kekerasan fisik maupun verbal, bukanlah cara yang tepat dalam mendidik anak, kata DR Forward. “Kejam, jika ada orang tua yang tahu bahwa anak-anak percaya pada ucapannya, tetapi tetap mengucapkan hal-hal yang dapat melukai perasaan anak,”kata Foward dalam bukunya.
Ucapan bernada menghina dan merendahkan akan direkam dalam pita memori anak. Makin lama makin bertambah dan dirasa berat, sehingga akhirnya anak memiliki citra diri negatif. Citra diri yang negatif itu di kemudian hari menyebabkan anak tidak mampu tumbuh sebagai pribadi yang percaya diri.
Anak akan memiliki rasa malu yang kuat, bersikap ragu-ragu dan lebih suka menarik diri dari pergaulan. Pada anak yang lain, citra diri negatif tersebut bahkan dapat membentuknya tumbuh sebagai pribadi pemberontak, kasar, bodoh, jorok, lamban, pengacau, dan sebagainya.